-->
  • Penerbit MAF
  • Apero Book
  • JAF
  • LinkedIn
Search
24 C
en
Thursday, June 19, 2025
  • Penerbit MAF
  • Apero Book
  • JAF
  • LinkedIn
APERO FUBLIC
Terbitkan Artikel Anda
  • Apero Fublic
  • Popular
    • Politik
    • Ekonomi
    • Fotografi
    • Dunia Anak
    • Sosial & Masyarakat
    • Apero Fublic
    • Women
      • Women
      • Tokoh Wanita
      • Skil Wanita
      • Ibu dan Anak
      • Pendidikan & Kesehatan Wanita
      • Gatget
        • Video
        • World
        • Video
        • Featured
          • Penyakit Masyarakat
          • About
          • e-Galeri
          • Post Search
          • Daftar Kata
          • Peribahasa
          • Antologi Puisi INew
          • Antologi Puisi IINew
          • Find
            • Download Artikel
            • Download Feature
            • Andai-Andai
            • Post All
            • Flora Pangan
            • Fauna
            • Picture IndonesiaNew
            • Kamus Bahasa MusiNew
            • Lifestyle
              • Teknologi
              • Brand
              • Sport
              • Fashion
              • Fitness
              • Sunset-Sunrise
              • HijrahNew
              • NasihatNew
              APERO FUBLIC
              Search

              Ruang Sponsor Apero Fublic

              Ruang Sponsor Apero Fublic

              e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang I

              Dalam antologi puisi ini memuat tentang cerita perasaan jiwa yag sedang mencari jalan hidup. Pangeran Ilalang adalah julukan seorang anak muda di sebuah cerita dongeng orang Melayu yang memotivasi orang-orang untuk giat belajar dan menuntut ilmu. Namun dalam perjalanannya menuntut ilmu dia menempuh terlalu banyak rintangan dan halangan, serta penderitaan hidup.

              Dia dijuluki Pangeran Ilalang karena berasal dari sebuah daerah pedalaman sepi. Rumahnya terletak di sebuah bukit yang gersang dan ditumbuhi ilalang. Pada zaman dahulu padang ilalang tidak ada gunanya bagi masyarakat, sebab hutan subur masih banyak. Si Pemuda untuk menghibur hatinya sering menulis syair di bukit ilalang. Inspirasinya tumbuh dari pergolakan batin dan pengalaman hidupnya.

              Suatu hari dia tergerak belajar ilmu pengetahuan pada seorang Puyang atau tokoh masyarakat di talangnya. Ternyata disana tempat belajar anak para bangsawan dan anak orang kaya. Sang guru bijaksana tetap menerima dengan sukacita. Walau tidak terang-terangan, murid-murid yang sombong karena merasa berbeda status sosial selalu menghinanya. Sehingga dia harus duduk terpisah dari murid-murid lain. Walau demikian dia tetap belajar dan belajar sampai dia menguasai semua ilmu sang guru. Kelak ilmu yang dia miliki membawanya menjadi orang besar di kesultanan.

              Tumbuhan ilalang dilihat sepintas lalu hanyalah tumbuhan yang tidak begitu berguna. Ilalang hanya sejenis gulma yang memenuhi tanah dan tidak disukai orang-orang. Namun, dibalik kekurangannya ternyata ilalang banyak manfaat bagi kehidupan ini. Daun ilalang dapat menjadi atap gubuk atau pondok seseorang. Daun muda juga dimakan hewan-hewan. Tempat serangga mencari makan dan hewan unggas bertelus dan bersarang. Burung-burung menggunakan daun ilalang untuk membuat sarangnya. Akar ilalang ternyata dapat dijadikan obat.

              Ketika terbakar abunya dapat menjadi penyubur tanah, kemudian dedaunan ilalang muda tumbuh kembali dan menjadi makanan rusa, kijang, dan kancil. Ilalang adalah tumbuhan yang gemulai dan lembut, tetapi apakah dia roboh karena angin deras, sementara pepohonan yang kaut jarang mampu bertahan dengan angin yang deras. Ilalang tidak mati karena terbakar, atau kemarau panjang. Dengan perlahan dia tumbuh dan bertahan hidup. Lalu semua lahan dipenuhi oleh ilalang.

              Begitulah nasihat sang guru. Agar dia selalu kuat dan jangan merasa hidupnya tidak berarti. Siapa pun kamu kalau mencari dan mengasah kemampuan dirimu. Kamu akan dapat menjadi sesuatu yang membanggakan diri. Jalan untuk menutupi kekurangan kamu adalah belajar dengan sungguh-sungguh. Manusia ditakdirkan tidak sempurna agar dia tidak malas dan terus berusaha. Pukulan kecil bukanlah akhir hidupmu tetapi hanyalah peringatan untukmu, bahwa kau akan menjadi orang besar nantinya. Dewasalah wahai Pangeran Ilalang. Nasihat terakhir sang guru sebelum dia merantau ke negeri orang.

                           (1)
              AKU TAK KEMANA

              Aku tak kemana
              Karena hari sedang hujan
              Aku berteduh di bawah atap
              Duduk menghitung tetesan
              Yang jatuh di teratak atap

              Aku tak kemana
              Karena hari sudah gelap
              Tiada cahaya di hutan ini
              Karena kabut yang tebal
              Juga jalan yang licin

              Aku tak kemana
              Karena jiwa terkurung
              Terkurung rindu
              Terkurung Cinta

              Aku tak kemana                       
              Disini hujan tak reda-reda.

              Oleh: Joni Apero
              Palembang 4 Sepetember 2018

                      (2)
              SURAT RINDU

              Kau disana jauh sekali  
               Bukan hanya jauh oleh jarak
              Tapi terpisah juga oleh retak
              Ada kesilapan yang terjadi
              Ada keteledoran yang ku buat

              Kini semua bagai berdinding
              Lebih kokoh dari tembok cina
              Membentang di bumi yang berbeda
              Padang gurun, dan kutub es
              Berbisik aku diangin malam
              Bercerita aku di senja yang redup
              Aku rindu, kata ku
              Aku merindukan-Nya.

              Aku tulis surat-surat dengan pena asmara
              Aku kuas tinta cinta di dalam kalbu Ku.
              Bergoreskan nama mu
              Bertuliskan puja-puja kasih
              Aku hendak mengirim surat ini
              Ku ceritakan tentang rintih dan siksa rindu
              Kemana alamat mu,
              Yang kutuju hatimu, Milik siapa?

              OH. wahai tuhan, aku bermohon
              Dikala malam-malam larut
              Dapatkah aku bertemu kembali
              Menjadi satu, dalam cinta
              Mengulang saat bersama mu.

              Merpati..Merpati Pos
              Aku berkirim surat rindu
              Sampaikan padanya di kala malam
              Sebab aku merindukan
              Saat mata hendak terpejam

              Merindu, bukan kekasiku
              Mencinta dalam kalbu ku
              Mengenang masa itu
              Benar, aku mencintaimu

              Kemana
              Surat rindu yang tak beralamat.

              Oleh: Joni Apero
              Palembang, 27 Oktober 2018.

                       (3)
              TANYA JIWAKU

              Tanya jiwaku pada semesta
              Pada waktu dimana, tak ku kenal
              Siapa aku, kemana aku, Apa yang aku cari.
              Ditengah kepanaan dunia
              Hidup yang singkat ini

              Hitam awan yang menggantung
              Seisi gelap dalam waktu, malam kah?
              Apa mungkin gerhana begitu lama.
              Secerca kelip bintang aku nanti
              Dalam kabut waktu yang hitam
              Di rintik waktu senja
              Menyapa sendu seluruh nasip

              Wahai malam kapan aku tertawa
              Wahai gelap dimana jalan ku
              Buta dalam sengsara,
              Terpejam dalam nestapa
              Aku tidak mengerti hidup ini
              Kusam dalam seribu duka

              Sedilah bilakah hidup ini, Sepanjang zaman
              Kemana jua, aku mengadu.
              Akan nasip, akan coba
              Mampukah malam hitam menjawab
              Bisikan jiwa yang menaran
              Aku, aku kemana?

              Kadang menangis, kadang menjerit
              Sesering mungkin, dengan rintih-rinti ku
              Ya Allah, jawablah tanya jiwaku
              Hanaya padamu aku mengharap
              Segala jalan
              Lelah aku mencari
              Mungkin aku kalah.

              Oleh: Joni Apero
              Palembang, 15 Juni 2016

                               (4)
              RINTIHAN TENGAH MALAM

              Hidup itu begitu kerasnya.
              Lebih keras dari karang-karang
              Terasa pahit sekali rasanya
              Kadang, aku ingin berhenti dan menyerah
              Dimana jalan damai itu

              Aku ingin berlari ke ujung lorong hitam
              Hingga aku hilang dalam kegelapan
              Aku akan pergi ke laut lepas
              Lalu aku tenggelam di dalam ombak
              Tiada akan aku kembali ke permukaan
              Dunia tidak adil.
              Tiada yang peduli
              Tiada yang mengerti.

              Mereka hanya mempermainkan
              Mereka hanya memanfaatkan
              Ramai namun sepi
              Selepas genggaman air
              Serupa angin lalu

              Ingin aku kedunia sepi
              Dimana hanya aku sendiri
              Tanpa hati, tanpa harapan, tanpa kenangan
              Lalu aku pejamkan mataku.
              Dalam tidur yang panjang.

              Oleh: Joni Apero
              Palembang, Selasa 20 Agustus 2017.

                           (5)
              PANGERAN ILALANG  I

              Akulah pangeran ilalang
              Tumbuh di bukit yang gersang
              Daun ku lunglai,
              Terombang ambing diterpa angin.
              Rapu terinjak, di bawa langkah-langkah mereka
              Si sombong, si angkuh, Para penjilat.
              Sering, Selalu, Selamanya
              Remuk dan patah tubuh ku.
              Aku tak kalah

              Aku pangeran ilalang, bisu dan sepi.
              Aku tidaklah keren
              Seperti mereka-mereka
              Tiadalah pulah yang dibanggakan
              Siapapun akan malu bersamaku
              Buruk, sederhana diriku
              Tidak seperti pangeran bintang
              Mereka berkelip dalam gemilang
              Semua mata menyapa senang.
              Menyanjung dan memuji
              Menjadi impian semua bungah-bungah

              Kadang begitu sakit di hati
              Selalu pilu dalam kenangan.
              Redam dalam putih meratap
              Aku rendah dan lemah
              Siapalah aku yang berbau ini.

              Tiada pantas aku mencinta
              Siapa yang sudi.
              Aku pangeran ilalang yang rapu
              Maafkan lah.
              Yang telah mencintai mu.
              Yang tidak tahu malu.
              Maafkan aku.
              Ketulusan bukan jaminan mencintai
              Diam tertunduk
              Itulah diriku

              Jangan tanya kenapa aku kalah
              Karena aku tiada daya.
              Lembut, lunglai dipermainkan angin.
              Akulah pangeran ilalang.
              Akan hilang terlalap api
              Hitam, debu, abu, dan rapu.
              Hilang tertimpa hujan
              Lenyap tersapu oleh angin.
              Namun aku, akan tumbuh kembali.

              Oleh: Joni Apero
              Palembang, Rabu 7 Juni 2017.
               
                             (6)
              PANGERAN ILALANG II

              Akulah ialalang
              Yang tumbuh di bukit tandus
              Daun ku melambai tersapu angin.
              Bungah yang kuncup memutih
              Sirip daun tajam, menggores.

              Aku tak seindah mawar
              Tak seharum melati
              Tidak juga menawan sehampar taman bungah
              Aku ilalang, hanyalah sahabat semak-semak

              Tetapi
              Daunku menjadi atap gubuk yang reot
              Meneduhi keluarga miskin itu
              Daunku yang muda, setelah dibabat
              Menjadi makanan mamalia hutan
              Daun ku yang mati, menjadi sarang burung-burung
              Burung puyu, menjadikan padangku rumahnya

              Aku adalah ilalang
              Sumbuhku hanya menyengat sekali
              Tidak merobek, hanya memperingatkan
              Beralas kakilah agara tak terluka.

              Akulah ilalang
              Pangeran di bukit tandus
              Menyapa mu, yang menawan.
              Adakah manfaatmu di bumi?
              Jangan bilang kalau kerusakan.

              Oleh: Joni Apero
              Palembang, 27 Oktober 2018.

                         (7)
              MATA CINTA KU

              Ada mata yang begitu ingin dimengerti.
              Tersirat dari tajamnya sinar mata.
              Mata yang sayu dengan polos.
              Tak dapat dikira dalamnya.
              Merunduk, berpaling, sembunyikan harapan.
              Tiada jarang memercik air mata

              Adu, betapa rendahnya aku.
              Pedih sakit yang tertahan.
              Dalam kalbunya yang dalam
              Sepanjang waktu dia kalah
              Tiada pula yang mahu perduli.

              Mata ku, Mata hatiku.
              Menyimpan cinta yang putih.
              Serunai harapan tertiup.
              Namun itu, seperti mimpi.
              Mata polos itu menangis.
              Sadar ia akan dirinya,
              Tiadalah berharga kiranya.

              Harapan tinggal harapan.
              Dalam tangis hatinya.
              Mencintai hanya sebatas mata.
              Mata polos ingin dimengerti
              Menyimpan sejuta misteri
              Menanti keajaiban cinta.

              Oleh: Joni Apero
              Palembang, Sabtu 3 Juni 2017.

                                 (8)
              SEBUAH PANDANGAN TAJAM

              Bila-bila bambu runcing
              Pernah menggetarkan dunia
              Bergerak rakyat Indonesia
              Menyapu penjajah yang durjana
              Berkilat mata bagai mata elang
              Berkedip menerjang

              Tak tahu engkau
              Saat terlahir, masih merah kulit
              Belum membuka mata, belum berlari kaki.
              Kasih mereka berbunga-berbua.
              Terselip doa mereka, dihati kecil
              Bangga akan putra

              Doa ayah dan ibu tercinta
              Dulu itu, menggema
              Untuk putra kebanggaan mereka
              Doa mereka itu bagai sebilah pedang panglima
              Menjerit di medan perang
              Bukan sebuah kemenangan
              Tetapi seberapa besar perjuangan

              Kelak bumi menelan jasad
              Maka bakhtilah yang tepat
              Agar tiada sia-sia ibu melahirkan
              Juga tiada sia-sia ayah membesarkan
              Doa mereka bila aku besar nanti
              Agar berguna untuk bangsa dan agama.

              Akulah sebilah pedang sekarang
              Menebas ketidak jujuran
              Hancurkan keburukan
              Jayakan negeri
              Jangan tanyakan siapa aku
              Aku si mata tajam
              Menusuk jantung-jantung
              Merobek jiwa-jiwa
              Kan ku ukir langit, dengan namaku
              Bukan hanya di nisan
              Boleh aku sesumbar
              Untuk sebuah cinta-cita.

              Oleh. Joni Apero
              Palembang, 28 Oktober 2018

                          (9)
              BADAI NEGERI KU

              Banyak cerita negeri-negeri
              Bertahta mahkota raja-raja
              Mengalir cerita zaman
              Dan ramailah di sudut negeri

              Kisah akan terhenti
              Cerita akan berakhir
              Sejarah tinggalkan kenangan
              Negeri-negeri jua tenggelam
              Dan bumi dalam kegelapan

              Tiada satu cahaya penerang
              Dan tiadalah satu kejayaan
              Hancur jua ditelan zaman
              Peradaban bukan bangunan gedung-gedung
              Peradaban hanya ada di dalam
              Ilmu pengetahuan,
              Kebudayaan,
              Agama,

              Disinilah kita membangun
              Agar tercapai kejayaan negeri
              Damai dunia, damai sejahtera
              Pengetahuan penuntun dan penerang
              Kebudayaan adab dan etika
              Agama adalah moral
              hendaklah kita semua sadari
              Mari bangun negeri.

              Oleh: Joni Apero
              Palembang, 29 Oktober 2018.

                               (10)
              TERKESAN AKAN ENGKAU

              Duh, lindungi aku bening
              Tutup kelopak mataku
              Dari serpihan ciptaan Tuhan
              Berpijar bagai bungah api
              Berdenyut bagai tersengat lebah
              Mengapa berdebar jantung.
              Mega-mega sore.

              Lembut tutur kata mu, Sejuk
              Merdu kata, beribu irama, Dingin
              Ada aurah gerak,
              Bagai mantra-mantra, Penyihir.
              Mengalah jua aku, mereka-mereka pula
              Tunduk dan turut perkataan mu
              Bagai ditarik seribu magnet
              Mempersembahkan diri untuk mu

              Dik, Aku terkesan akan engkau
              Bukan kerling mata tajam.
              Tetapi lembut malu, berbudi dan berakhlak.
              Takkan mampu aku bertahan
              Dalam buai asmara
              Sejuk dan tenang, tercukupkan semua.
              Di dekat mu.

              Dik, aku terkesan akan engkau
              Kau curi tidur ku, kau rampas mimpi-mimpi
              Di bola mataku, kau bersarang
              Dihatiku kau tinggal
              Menggeserlah sedikit jiwa
              Meraung dalam jerit-jerit rindu
              Memelas, tersihir dalam kutuk cinta

              Dik aku terkesan, akan engkau
              Maukah engkau sedikit berbaik padaku
              Padamkan api di dadaku
              Siram. Siramlah dengan mulia mu
              Aku terjerat oleh elok mu

              Dik, aku terkesan
              Akan engkau.
              Sudilah berbaik kepada ku

              Oleh: Joni Apero
              Palembang, 27 Oktober 2018.

                             (11)
              MASA YANG BERLALU

              Wahai masa yang berlalu.
              Tiada namun ada.
              Tak terlihat namun mengikuti.
              Dalam kenangan yang panjang.
              Mengulang dalam ingatan

              Pedih dalam kaca bayangan
              Memantul dalam jiwa.
              Bilakah menetap, andaikan mengulang
              Pahit-pahit terasa
              Luka-luka selalu menyayat
              Cinta yang akan selalu ada.

              Wahai masa yang berlalu
              Izinkan aku melupakan.
              Lepaskan aku dari ikatan.
              Biarkan aku pergi dalam amnesia.

              Luka-luka dan kecewa
              Mengenang dan mengulang
              Airmata dan kesedihan
              Hadir dalam sepi
              Butir-butir kenangan

              Wahai masa yang berlalu
              Lepaskan aku dari mu.
              Aku ingin lupa
              Lupa akan engkau, dia, dirimu, dan semunya.
              Lupa akan hidup ku yang pahit

              Wahai masa yang berlalu
              Lepaskan aku

              Agar tiada air mata.
              Tiada penyesalan.
              Agar tidak aku tahu betapa malangnya nasip.

              Oleh: Joni Apero
              Palembang 12 Juni 2016.


                 (12)
              KARAM

              Berdayung, di sungai yang biru
              Gelombang dan ombak,
              Begitupun arus yang kuat.
              Perahu, yang tak beratap
              Hujan, panas menerpa sudah.
              Mencoba dayungkan perahu ini.
              Ratalah dalam sadar, Menyadari.
              Mungkinkah sampai di seberang
              Lemas hati meratap.
              Sakit yang sekian menjumpai diri ini.
              Alangkah pedih dalam langkah cinta
              Adakah untuk diri ini
              Seulas senyum dan air mata.

              Nan, cerah di pantai
              Mendung menggantung di gunung
              Hujanlah, kiranya sampai di muara
              Rindu aku ciduk airmu.
              Nmaun tak sampai jua perahu ini
              Tenggelam sudah impian.
              Merajut aku dalam sepi
              Mengenang perahu yang pergi
              Karam.

              Oleh: Joni Apero
              Palembang 2 Mei 2016.

                          (13)
              WAJAH SI MALANG

              Seraut lukisan tinta hitam
              Bertulis di kertas ratapan
              Sepandang oleh keterbukaan.
              Kanfas cair oleh air mata.
              Terlukislah wajah si malang.

              Mata dan wajah ini,
              Telah merekan jejak yang panjang.
              Namun rekaman ini hanyalah kepedihan mendalam.
              Kelelahan dalam penderitaan yang panjang.
              Kesepian di sepanjang waktu.
              Lukisan dengan air mata, tiada yang tahu.
              Ketidak adilan dunia menjadi miliknya.
              Malu dan luka itu biasa,
              Perih dan pedih menyapa.
              Tamparan duka menyakitkan, berdarah.
              Wajah yang muram ini tersenyum.
              Tersenyum di balik kemuraman senja waktu

              Terpejam mata yang sayu,
              Di bawa alis yang kokoh.
              Itu sakit, itu nestapa.
              Sudikah sebuah tangan membelainya.
              Hingga tercerahlah walau sejenak.
              Tertunduk di sini, dalam malu dan takut.
              Takut bersembunyi di balik kenyataan.
              Wajah si malang, bertopeng keceriaan.
              Walau jauh memendam kegundahan.

              Wajahnya kan terpandang.
              Hilang di balik malam yang gelap.
              Tertidur di masa waktu, mimpi buruk.
              Menyendiri dalam tangisan sejadinya.
              Wajah si malang.
              Kan ku tutup dua tangan.
              Biarlah.
              Menangis di sini saja, Selamanya.

              Oleh: Joni Apero
              Palembang, Minggu 22 Januari 2017.

                        (14)
              MATA MU, KASIH.

              Birukah samudra yang berombak itu
              Menggulung deru-deru badai
              Melumat jiwa-jiwa yang tenggelam
              Cuaca penyihir merapal mantra badai
              Sehingga, mendelik mentari bagai mata langit.

              Huummmm.
              Sisi mana, dari sudut kau tengok.
              Tentu, bidadari tak bersayap

              Oh, sepasang mata
              Yang menyinari gelap
              Bagai cahaya bulan dan bintang
              Kau menerpa segenap bumi, segala penjuru.
              Nan, rapuh aku yang diterpa jua.
              Jatuh, luluh lantak.

              Adik,
              Sadarkah bila mata mu, seluas samudra, itu.
              Berombak dan bergulung-gulung, bagai badai.
              Perahu kecil ku, bernama si hati.
              Terbanting, terbalik, lalu terbenam dalam samudra mu.
              Aku tak daya, tiada kekuatan yang maha.
              Sudah kodratnya.
              Hanya tenggelam dalam samudra mata mu.

              Adik,
              Sepasang mata mu itu.
              Mengapa begitu tajam.
              Cahanya lebih tajam dari mentari,
              Pengusir cuaca penyihir
              Kau tau, matamu telah menusuk hati ku.
              Mata mu telah membelah jantung ku.
              Mata mu, telah hipnotis jiwa aku

              Adik nan cantik.
              Yang berelok disepanjang hidup ku.
              Bersua dalam hijab syar,i.
              Anggun melantun dalam alunan indah, solehah.
              Mohon berbaik hatilah.
              Pada jiwa yang malang ini.
              Lemparkan pelampung hati mu.
              Padaku yang sekarat di samudra.
              Agar aku selamat dari samudra mu.
              Selamatkanlah, nelayan kehidupan menderita ini.
              Memohon kiranya aku, Adik.

              Adik kau cahaya.
              Jangan biarkan tajamnya mata mu.
              Mencekik jantung,
              Susa bernafas aku, sesak dada.
              Matamu telah menjamah hati ku, jauh.
              Bawakan obat-obatan, dan perban.
              Rawatlah dengan tangan kasih sayang mu.
              Perbankanlah, dengan lembut hati mu.
              Kiranya, akan sakit hati ku.
              Bila kau, tak menoleh.
              Jangan adik, aku memohon, meminta.
              Butir air mata, taruhannya.

              Adik.
              Sepasang mata mu.
              Aku rindu.

              Oleh: Joni Apero
              Palembang, 4 November 2018.


                          (15)
              TERSAYAT DI SANA

              Adu, sesak nafas dan degup jantung ini.
              Nadi ku, terhenti berdenyut
              Laksana tersambar petir
              Lunglai aku dalam hujan.
              Berlutut dalam racauan dalam marah ku.
              Menentang langit yang penuh huan.

              Oh. Badai bergemuru.
              Lulu lantak terjangannya.
              Bila ini di medan perang.
              Tertebaslah dadaku oleh pedang.
              Robek baju-baju ku
              Luka kulit ku, tersayat pedang
              Luka-luka tubuh ku, hati ku.
              Inilah.
              Dimana aku gugur dan kalah.

              Terbaring ragaku, melayang jiwa ku.
              Nafas ku terhenti
              Mataku memburam
              Lemas semua sendi-sendi tubuh ku.
              Terbayang akan semua kenangan
              Menetes, mengalir air mata ku.
              Dalam haru, tetapi pilu

              Di ucap bibir bergetar
              Ku sebut nama yang tercinta
              Maafkan semua kesalahan ku
              Satu kata terakhir
              Ku bisikan pada bintang yang berkelip
              Pada bulan yang separuh
              Aku pergi selamanya
              Terlepas sudah pedang perjuangan ku
              Terlepas juga setangkai bungah untuk mu

              Redup dan meredup sinar mata ku.
              Sayu dan sayu sinar matanya
              Kaku dan mengkaku tubuh ku.
              Napas harapan yang terakhir, aku hembuskan
              Selamat berpisah dan selamat tinggal
              Aku pergi dari kehidupan mu.
              Selamanya....

              Oleh: Joni Apero
              Palembang, Senin, 9 Januari 2017.

                               (16)
              Kita Habiskan Kesalahan Ini

              Sudah.
              Sudah usaikah
              Akhir, apa berakhir kisah ini
              Sisip kecil dalam campuran biru
              Mengenang dalam lingkaran kenangan.
              Pupus kata dalam hati yang ranum,
              Terkoyak luka-luka.
              Laman dan taman, kuntum bunga berguguran
              Beserakan sudah.
              Layu mengering dan pupus, dalam bekas.
              Gumpalan debu-debu.

              Sudah.
              Akhirkan semua cerita-cerita.
              Agar tiada lagi nestapa.
              Tiada lagi tangisan-tangisan di hati.
              Aku merunduk dalam kerendahan ini.
              Dalam kesakitan, pedih juga terasa.
              Memang aku seikat iallang yang kering.
              Aku kotor bagai dalam kebangan.

              Sudah, mari kita sudahi
              Tiada sedikit manis,
              Tak ada sedikit keindahan.
              Tak apa-apa, kita lupakan.

              Sudah.
              Kita tutup mata.
              Tutup telingah, tutup mata.
              Akan berlalu jua, yang pernah terjadi itu.
              Mari kita sudahi urusan hati.
              Agar tiada api dalam sekam.
              Maafkan atas kesalahan dan kekhilafan aku
              Begitupun aku kiranya, saudara.

              Sudah, kita sudahi
              Agar tiada penyakit di hati.
              Sudah, kita sudahi.

              Oleh. Joni Apero
              Palembang, 16 Maret 2016.

                              (17)
              Salahkah Aku Melangkah

              Aku menyesali waktu empat tahun berlalu.
              Dimana aku dapat hidup di sanah.
              Dimana aku dapat tenang sebagai petani biasa.
              Dimana telah aku kubur semua cita-cita.
              Telah aku siapkan berbidang-bidang tanah.
              Aku akan menjadi petani sederhana.
              Hidup bersama seseorang yang aku cintai.

              Naun aku telah salah memilih sepertinya.
              Meninggalakan kenyataan itu.
              Aku memilih mencari ilmu.
              Mengabaikan cinta darimu yang tulus.
              Kenapa aku begitu bodoh.
              Mengejar cita-cita yang tiada pasti.

              Aku ingin membanguan bangsa ini.
              Aku ingin membangun agama ini.
              Aku ingin mengabdi pada bangsa dan agama,
              Aku ingin menjadi guru bangsa.
              Sehingga negeri ini jaya.
              Begitupun Islam akan bangkit.
              Itulah cita-cita ku.
              Karena aku Pangeran Ilalang.

              Bumi ini terlalu luas sepertinya.
              Sedangkan aku sendiri.
              Mana mungkin,
              Aku menjadi pemimpin besar.
              Aku ragu dan ragu.
              Sesal rasanya akan semua ini.
              Bila aku rasa sekarang
              Daptkah aku menjadi seseorang itu.
              Ya Allah, kuatkan hujjah ku.
              Beri arah dalam perjuanganku.

              Hanya menangis di dalam hatiku.
              Begitu sering sesal ku
              Mengapa aku berlaku begini.
              Sedangkan siapa aku.
              Hidup yang begitu singkat.
              Sedangkan aku begitu lemah.

              Telah aku buang cita-cita ku
              Salahkan aku.
              Kenangan di 
              Pelukannya membayang selalu.
              Belum aku temukan penggantimu.
              Aku berharap menemukan seseorang.
              Yang mengerti perjuanganku.

              Akankah sesal berkepanjangan
              Dari aku si Pangeran Ilalang.

              Oleh. Joni Apero
              Palembang, 19 Januari 2017.

                         (18)
              Seorang Saja. Halal

              Biru di langit, biru di laut.
              Di langit awan putih.
              Di laut gelombang pantai.
              Hendak aku pergi jauh.
              Di taman bungah yang halal.

              Tiadalah banyak kupinta, kuntum.
              Cukup satu kuntum, putih.
              Tiadalah banyak syaratnya.
              Hanya ketulusan dalam petikan.
              Bunga, aku pinta dengan sunggu.
              Tumbulah di taman hati ini.
              Tiada perlu kaya mu, tiadalah guna cantik mu.
              Kesetian, dan kesalihaanlah yang terindah.

              Baginda Rasullulah bersabda.
              Cukup tiga syarakatnya,
              Suci, seiman, dan suburnya.
              Sempurnalah ia di mata kaum Muslimin.
              Seorang saja, Karena untuk ibadah.
              Penyempurnah ibadah-ibadah kita.
              Kutunggu, aku nanti. Tak sabar kiranya.
              Ya, Allah, pertemukan aku dengan si shaleha.

              Namun entah siapalah diri ini.
              Belum sempurnah, banyak kekurangan jua
              Miskin ilmu, miskin harta, tak bertampan wajah.
              Hanya berusaha dan berdoa.
              Aku berjanji. bilakah nanti.
              Lembut kasih, dan cinta sebab Allah.

              Seorang saja,
              Cukup satu selamanya, dunia dan akhirat.

              Oleh. Joni Apero
              Palembang, Minggu 15 Desember 2016.

                             19.
              Salam di Malam

              Bersambut biru dan gelap langit malam.
              Meretas dalam gugusan bintang.
              Menengok, menengada anak semang.
              Di pulau sepi nun jauh.
              Beriak air tepian, gemericik.
              Berlipat-lipat ombak di antara semak-semak bakau.

              Lantunan serunai anak gembalah mengalun, pilu.
              Selendang putih pun,
              Melayang di antara bayang-bayang.
              Titipku wahai asmara.
              Bukalah kelopak bunga, merekah.
              Sehingga berhamburan benang sari.
              Terikat di kaki-kaki kumbang.
              Terbang terbawa dalam perjalanan.
              Sebuah titipan, sebongkah pengharapan.
              Tanda aku kenang, dikau.
              Rindu, entahpun.
              Cinta entahlah.
              Hanya aku titip salam.
              Di malam-malam berlalu.

              Oleh. Joni Apero.
              Palembang, 16 Februari 2016.

              Catatan:
              Yang mau belajar menulis: mari belajar bersama-sama:
              Bagi teman-teman yang ingin mengirim atau menyumbangkan karya tulis seperti puisi, pantun, cerpen, cerita pengalaman hidup seperti cerita cinta, catatan mantera, biografi diri sendiri, resep obat tradisional,  quote, artikel, kata-kata mutiara dan sebagainya. Kirim saja ke Apero Fublic. Dengan syarat karya kirimannya hasil tulisan sendiri, dan belum di publikasi di media lain.

              Seandainya sudah dipublikasikan diharapkan menyebut sumber. Jangan khawatir hak cipta akan ditulis sesuai nama pengirim. Sertakan nama lengkap, tempat menulis, tanggal dan waktu penulisan, alamat penulis. Jumlah karya tulis tidak terbatas, bebas. Kirimkan lewat email: joni_apero@yahoo.com. idline: Apero Fublic. whatsApp: 081367739872. Messenger. Apero fublic. Karya kiriman tanggung jawab sepenuhnya dari pengirim.

              By. Apero Fublic

              PWI Sumatera Selatan

              PWI Sumatera Selatan
              Ayo, ikuti dan ramaikan.

              Post Populer

              Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal

              Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal

              Wednesday, April 16, 2025
              e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

              e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

              Sunday, June 23, 2019
              Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

              Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

              Wednesday, April 22, 2020
              Adat Peraturan dan Istilah Tujuh Keturunan

              Adat Peraturan dan Istilah Tujuh Keturunan

              Thursday, August 01, 2019
              PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H

              PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H

              Friday, June 06, 2025

              BULETIN APERO FUBLIC

              BULETIN APERO FUBLIC

              Translate

              Search This Blog

              Stay Conneted

              facebook Like
              twitter Follow
              youtube Subscribe
              vimeo Subscribe
              instagram Follow
              rss Subscribe

              Featured Post

              Optimalkan Program Kerja, Ketua TP PKK Muba Hj Patimah Toha Lakukan Pembinaan 10 Program Pokok PKK

              PT. Media Apero Fublic- Sunday, June 15, 2025 0
              Optimalkan Program Kerja, Ketua TP PKK Muba Hj Patimah Toha Lakukan Pembinaan 10 Program Pokok PKK
              APERO FUBLIC. MUBA-JIRAK JAYA.- Untuk mengoptimalkan Program Kerja. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Musi Banyuasin (TP PKK Mub…

              Most Popular

              Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

              Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

              Friday, January 17, 2020
              Legenda Putri Bulan. Kesetiaan Yang di Abadikan Menjadi Sungai Sake

              Legenda Putri Bulan. Kesetiaan Yang di Abadikan Menjadi Sungai Sake

              Sunday, November 10, 2019
              Mengenal Buah Raman

              Mengenal Buah Raman

              Tuesday, June 23, 2020
              Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

              Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

              Wednesday, April 22, 2020
              Legenda Asal Mula Bukit Pendape. Musi Banyuasin.

              Legenda Asal Mula Bukit Pendape. Musi Banyuasin.

              Tuesday, October 15, 2019
              Legenda Cinta Puyang Gadis. Sumatera Selatan

              Legenda Cinta Puyang Gadis. Sumatera Selatan

              Saturday, March 21, 2020
              BPD Lumpatan II Serahkan langsung proposal usulan ke anggota DPRD MUBA pada reses II.

              BPD Lumpatan II Serahkan langsung proposal usulan ke anggota DPRD MUBA pada reses II.

              Thursday, April 23, 2020
              Asal Mulah Sungai Keruh dan Kutukan Puyang Dulu

              Asal Mulah Sungai Keruh dan Kutukan Puyang Dulu

              Thursday, November 07, 2019
              Mengenal Masjid Berkubah Tertua di Indonesia

              Mengenal Masjid Berkubah Tertua di Indonesia

              Tuesday, April 21, 2020
              PEPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA REKREASI

              PEPUSTAKAAN SEBAGAI WAHANA REKREASI

              Friday, October 08, 2021
              Powered by Blogger
              Apero Fublic

              Website Archive

              • 2025194
              • 2024203
              • 2023142
              • 2022103
              • 2021365
              • 2020435
              • 2019281

              MAJALAH KAGHAS

              MAJALAH KAGHAS

              JURNAL APERO FUBLIC. HUMANIORA

              JURNAL APERO FUBLIC. HUMANIORA

              TABLOID APERO FUBLIC

              TABLOID APERO FUBLIC

              SELAK MAJO

              SELAK MAJO
              Karikatur

              Labels

              Andai-Andai APERO FUBLIC Apero Herbal Apero Popularity Arkeologi Artikel Berita Berita Daerah Berita Internasional Berita Nasional Biruisme Bola Brand Budaya Daerah Budaya Dunia Buku Populer Buletin AF Cerita Bersambung Cerita Kita Cerita Rakyat Cerpen Daratan Daratan dan Hutan Dongeng Dongeng Dunia Dunia Anak e-Biografi Tokoh Ekonomi Ekonomi Islam Elektronik Energi FASHION Fauna Film Flora Fotografi Gatget Healthy & Fitness Himpunan Muslim Hukum Hukum Islam Ibu dan Anak Ilmu Kesastraan Info Desa Islam dan Budaya Islam dan Lingkungan Hidup Islam dan Masyarakat Islam dan Negara Islam dan Sosial Jurnal AF Jurnalisme Kita Kabar Buku Kampus Kata Mutiara Kepemimpinan Kesehatan Kesehatan dan Pendidikan Wanita kesenian Kisah Legenda Kriminal Kuliner Laporan Penelitian Majalah Kaghas Mask Mitos Musik Olah Raga Opini Otomotif Pantun Pariwisata PDF Pemerintahan Pendidikan Penyakit Masyarakat Pertanian dan Alam Politik Populer Bisnis Populer Iklan Populer Produk Populer Profesi PraLeader Problematika Seks Propaganda Public Figure Puisi Puisi Akrostik Pustakawan PWI PWI SumSel Sampah dan Limbah Sastra Kita Sastra Klasik Sastra Lisan Sastra Moderen Sejarah Daerah Sejarah Islam Sejarah Kebudayaan Sejarah Umum Seniman Sepeda Listrik Sepeda Motor Skil Wanita Smart TV Sosial dan Masyarakat Sport Sudut Pandang Sumber Air Surat Kita Syarce Tablet Tabloid AF Teknologi Tokoh Wanita UKM-Bisnis Video Women World

              Laman Khusus

              • Cahaya
              • Daftar Kata Istilah Baru
              • e-Galeri Apero Fublic
              • Mari Kita Hijrah
              • Nasihat dan Motivasi
              • Apero Quote
              • Pribahasa Indonesia
              • Picture Indonesia
              • Pangeran Ilalang I
              • Pangeran Ilalang II

              Pages

              • Pecakapan Sunset Sunrise
              • Flora Pangan Indonesia
              • Fauna Indonesia
              • Dawnload PDF Gratis
              • Dawnload Feature Gratis (PDF)

              Recent Posts

              Popular Posts

              • Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal
                APERO FUBLIC. MUBA.- Setelah berhasil melakukan peralihan pengelolaan kelistrikan dari PT MEP ke PLN, Bupati Muba H M Toha bersama Wakil Bup...
              • e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II
                Apero Fublic.- Ilalang atau juga sering di sebut alang-alang memiliki nama ilmiah  imperata cylindrica . Ilalang jenis rumput berdaun ...
              • Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan
                Apero Fublic.- Pantun Daerah dari Dataran Negeri Bukit Pendape ini adalah warisan pantun berbahasa Melayu. Hadir dari buah pemikiran ne...
              • Adat Peraturan dan Istilah Tujuh Keturunan
                Apero Fublic.- Pada masyarakat Melayu ada sistem adat tatacara memanggil seseorang. Orang yang tidak mengikuti adat peraturan dalam mem...
              • PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H
                Suasana di Kantor PWI di Kota Palembang APERO FUBLIC. PALEMBANG.- Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumsel rangkaian menyambut Hari Raya I...
              • Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.
                APERO FUBLIC.- Raden Kamandaka sebuah cerita rakyat dari dari daerah Banyumas, Jawa Tengah. Cerita Rakyat ini bercerita tentang Keraja...
              • TV Pintar Terbaru Hisense: TV Xiaomo E5Q Layar Mini LED 300Hz Teknologi AI, Resmi Rilis 2025
                TV Pintar Xiaomo E5Q (Ilustrasi). APERO FUBLIC. TV PINTAR.-  Bukan hanya tampilan visual, kualitas audio telah ditingkatkan. Terutama untuk ...
              • 5 Juni 2025 Penyerahan SK Pengangkatan CPNS dan Pelantikan PPPK oleh Bupati Muba
                Bupati Musi Banyuasin, H. M. Toha. APERO FUBLIC. MUBA.- Musi Banyuasin, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPS...
              • Dorong Kesejahteraan dan Serap Tenaga Kerja Lokal
                APERO FUBLIC. PALEMBANG.- Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) membuka kesempatan luas bagi investor yang dapat memberikan manfaat lan...
              • Bersinergi Wujudkan Transformasi Digital Desa
                APERO FUBLIC. MUARA ENIM.- Kolaborasi digital antar kabupaten di Sumatera Selatan semakin diperkuat. Pemkab Musi Banyuasin melalui Dinas Ko...

              Editor Post

              Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

              Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

              Friday, January 17, 2020
              Mengenal Masjid Berkubah Tertua di Indonesia

              Mengenal Masjid Berkubah Tertua di Indonesia

              Tuesday, April 21, 2020
              Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

              Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

              Wednesday, April 22, 2020
              BPD Lumpatan II Serahkan langsung proposal usulan ke anggota DPRD MUBA pada reses II.

              BPD Lumpatan II Serahkan langsung proposal usulan ke anggota DPRD MUBA pada reses II.

              Thursday, April 23, 2020
              Dongeng si Kera dan si Bangau. Dari Sulawesi Utara

              Dongeng si Kera dan si Bangau. Dari Sulawesi Utara

              Saturday, January 18, 2020
              Mengenal Buah Pedare

              Mengenal Buah Pedare

              Monday, June 22, 2020
              Legenda Kisah Cinta  I Jayaprana dan Ni Layonsari dari Bali

              Legenda Kisah Cinta I Jayaprana dan Ni Layonsari dari Bali

              Tuesday, January 14, 2020
              Mengenal Buah Raman

              Mengenal Buah Raman

              Tuesday, June 23, 2020
              Tradisi Ngobeng di Palembang: Simbol Kebersamaan dalam Setiap Suapan

              Tradisi Ngobeng di Palembang: Simbol Kebersamaan dalam Setiap Suapan

              Thursday, November 28, 2024
              e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

              e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

              Sunday, June 23, 2019

              Popular Post

              Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal

              Bupati Toha Tegaskan Komitmen Pelayanan Listrik di Muba Wajib Maksimal

              Wednesday, April 16, 2025
              e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

              e-Antologi Puisi Pangeran Ilalang II

              Sunday, June 23, 2019
              Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

              Pantun Berbahasa Daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

              Wednesday, April 22, 2020
              Adat Peraturan dan Istilah Tujuh Keturunan

              Adat Peraturan dan Istilah Tujuh Keturunan

              Thursday, August 01, 2019
              PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H

              PWI Sumsel Potong Hewan Kurban Sapi Idul Adha 1446 H

              Friday, June 06, 2025
              Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

              Raden Kamandaka. Cerita Rakyat Dari Banyumas. Jawa Tengah.

              Friday, January 17, 2020
              TV Pintar Terbaru Hisense: TV Xiaomo E5Q Layar Mini LED 300Hz Teknologi AI, Resmi Rilis 2025

              TV Pintar Terbaru Hisense: TV Xiaomo E5Q Layar Mini LED 300Hz Teknologi AI, Resmi Rilis 2025

              Saturday, May 31, 2025
              5 Juni 2025 Penyerahan SK Pengangkatan CPNS dan Pelantikan PPPK oleh Bupati Muba

              5 Juni 2025 Penyerahan SK Pengangkatan CPNS dan Pelantikan PPPK oleh Bupati Muba

              Saturday, May 24, 2025
              Dorong Kesejahteraan dan Serap Tenaga Kerja Lokal

              Dorong Kesejahteraan dan Serap Tenaga Kerja Lokal

              Monday, May 26, 2025
              Bersinergi Wujudkan Transformasi Digital Desa

              Bersinergi Wujudkan Transformasi Digital Desa

              Thursday, May 22, 2025

              Populart Categoris

              Andai-Andai 1 Artikel 38 Berita 194 Berita Daerah 373 Berita Internasional 20 Berita Nasional 275 Brand 117 Budaya Daerah 29 Cerita Bersambung 20 Cerita Kita 22 Cerita Rakyat 12 Cerpen 9 Dongeng 66 Ekonomi 7 Elektronik 21 FASHION 3 Fauna 4 Flora 62 Healthy & Fitness 14 Ibu dan Anak 1 Islam dan Budaya 11 Islam dan Lingkungan Hidup 4 Islam dan Masyarakat 2 Jurnalisme Kita 16 Kampus 104 Kesehatan 5 Kisah Legenda 10 Kuliner 17 Mitos 15 Olah Raga 24 Opini 57 PDF 3 Pantun 6 Pariwisata 36 Penyakit Masyarakat 6 Problematika Seks 6 Puisi 47 Puisi Akrostik 5 Sampah dan Limbah 1 Sastra Kita 22 Sastra Klasik 53 Sastra Lisan 12 Sejarah Daerah 24 Sejarah Kebudayaan 28 Sepeda Listrik 15 Sport 2 Surat Kita 7 Tablet 20 Teknologi 123 Tokoh Wanita 6 UKM-Bisnis 12 Video 20 Women 4 World 3 e-Biografi Tokoh 23 kesenian 2
              APERO FUBLIC

              About Us

              PT. Media Apero Fublic merupakan perusahaan Publikasi dan Informasi yang bergerak dalam bidang Industri Kesusastraan. Apero Fublic merupakan bidang usaha utama bidang jurnalistik.

              Contact us: fublicapero@gmail.com

              Follow Us

              © Copyright 2023. PT. Media Apero Fublic by Apero Fublic
              • Disclaimer
              • Tentang Apero Fublic
              • Advertisement
              • Contact Us